Atasi Gizi Buruk, Dinkes-Unicef Kerja Sama

SoE, PK-- Wilayah Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) yang setiap tahun selalu 'berlangganan' kasus kejadian luar biasa (KLB) diare dan gizi buruk membuat lembaga PBB prihatin. Karena itu, melalui salah satu lembaga di bawah patung PPB, yakni Unicef membangun kerja sama dengan Dinas Kesehatan (Dinkes) TTS untuk mengatasi penyebab kasus KLB yang sering menelan korban jiwa di TTS.

"Program ini kami namakan Community Led Total Sanitation (CLTS/total sanitasi dipimpin masyarakat). Program ini kami luncurkan di Kabupaten TTS selama tiga tahun ke depan untuk tujuh desa yang warganya sering terkena KLB," jelas Officer West Unicef NTT, Muhammad Zainal, kepada wartawan di Desa Oehela, Kecamatan Batu Putih, Kamis (19/6/2008).

Zainal yang didampingi Kasubdin Penyehatan Lingkungan Dinkes TTS, Cornelis Meta mengatakan, masalah kesehatan sanitasi menjadi salah satu faktor utama berulangnya kasus penyakit berbasis lingkungan, seperti diare, malaria, TBC dan ISPA di TTS. Cakupan kesehatan sanitasi meliputi air bersih, sanitasi dan perubahan perilaku.

Menurut Zainal, warga masih banyak membuang air besar (berak) di sembarang tempat menjadikan kasus diare mudah kena masyarakat. Dari data Dinkes TTS diperoleh fakta bahwa warga yang memiliki jamban baru 46 persen. Sisanya masih membuang air besar disembarang tempat.

Zainal mengatakan, fakta inilah yang dijadikan Unicef untuk mencoba mengubah perilaku masyarakat membuang air besar. Unicef akan mencoba memberikan pengertian dengan berbagai programnya agar masyarakat buang hajat di jamban. "Saya tekankan di sini, kami tidak akan membuatkan jamban untuk masyarakat. Kehadiran Unicef di TTS ingin memberikan kesadaran kepada masyarakat betapa pentingnya kepemilikan jamban," tambahnya.

Bentuk penyadarannya, kata Zainal, Unicef merekrut sekitar 30 warga untuk dilatih baik tokoh masyarakat, BPD, PKK, Bappeda, Dinkes TTS yang bertugas menyampaikan kepada masyarakat tentang pentingnya kepemilikan jamban.

"Saat ini ada warga di dua desa yang kami latih menjadi kader, yakni Desa Fatukoto, Kecamatan Mollo Utara, dan Desa Oeekam, Kecamatan Noebeba. Saat ini mereka sedang praktek di lapangan bagaimana mengajak masyarakat memiliki jamban di rumahnya masing-masing. Caranya, masyarakat dipicu dengan menumbuhkan rasa jijik bila membuang kotoran di sembarangan tempat,"tambahnya.

Kasubdin Penyehatan Lingkungan Dinkes TTS, Cornelis Meta, mengatakan, tidak sekadar program penyadaran, namun kerja sama ini untuk bangunan fisik berupa sarana air bersih perpipaan dengan sistem gravitasi.

"Bila program ini berhasil maka dapat dijadikan sebagai salah satu model untuk ditindaklanjuti pemerintah ke depannya. Dalam arti, pemerintah dapat menerapkan hal yang sama di desa yang belum tersentuh program CLTS," jelas Meta. (aly)

Pos Kupang edisi Senin 23 Juni 2008, halaman 15

Posted in Label: |

0 komentar: