Susui Anak Lantaran Janji ke Allah

Yogyakarta (ANTARA News) - Ratih Sanggarwati menyusui ketiga anaknya secara langsung menggunakan Air Susu Ibu (ASI) eksklusif semata-mata lantaran janjinya kepada Allah SWT.

"Saya pernah berjanji, jika Allah SWT memberikan kesempatan kepada saya untuk mengandung dan melahirkan anak, maka saya akan memberikan ASI eksklusif untuk anak saya," kata Ratih Sanggarwati ketika mengisi acara Talk Show "Menjadi Ibu Berprestasi dengan Menyusui" di Yogyakarta, Minggu.

Mantan top model Indonesia yang akrab dengan panggilan Ratih Sang itu memukau peserta percakapan langsung yang diadakan oleh Pimpinan Wilayah Persaudaraan Muslimah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) ketika membawakan puisi ciptaannya yang berjudul "Merenung".

Puisi itu menceritakan bagaimana mulianya seorang wanita karena telah diberikan kesempatan oleh Tuhan untuk untuk mengandung dan melahirkan.

Perempuan kelahiran Ngawi, Jawa Timur, 8 Desember 1962 itu menceritakan pengalamannya dalam menjaga komitmen yang telah dia buat untuk menyusui ketiga anaknya dengan ASI ekslusif.

"Anak pertama, saya beri ASI selama 10 bulan, anak kedua selama dua tahun, dan anak ketiga selama setahun," kata dia.

Menurut pengamatan saya, kata dia, anak yang paling cerdas, sehat, dan kuat adalah anak kedua saya."Ketika kelas dua SD, anak kedua saya sudah khatam Al Quran, padahal kakaknya belum," kata dia. 

Ia menghimbau, ibu-ibu yang memiliki bayi untuk tetap memberikan ASI ekslusif selama 6 bulan pertama.

Ketika salah seorang peserta diskusi menyampaikan pertanyaan, karena merasa bingung antara memilih menyusui anaknya dan menuntut ilmu ke luar negeri, Ratih yang "None Jakarta 1984" menyarankan, untuk memilih menjalankan perintah agama, yaitu menyusui anak.

"Kita semua berdoa, semoga ibu mendapatkan kesempatan sepuluh kali lipat untuk menuntut ilmu ke luar negeri. Tapi, kesempatan untuk menyusui anak hanya datang satu kali," katanya menambahkan. (*)
Lanjut...

Posted in Label: | 0 komentar

Memprihatinkan, Kesadaran Memberi ASI di Indonesia

Jakarta, 27/8/2007 (ANTARA) - Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Meutia Hatta mengatakan bahwa meskipun usaha untuk meningkatkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) sangat gencar dilakukan, tapi kesadaran masyarakat untuk pemberian ASI di Indonesia masih memprihatinkan.

"Cakupan ASI eksklusif 6 bulan hanya 39,5 persen dari keseluruhan bayi dan hal yang sangat menyedihkan adalah peningkatan pemakaian susu formula sampai tiga kali lipat antara 1997-2002," kata Meutia Hatta pada acara puncak peringatan pekan ASI sedunia 2007 di Istana Negara, Senin.

Menurut dia, berdasarkan data yang ada pada 2002-2003 bayi dibawah usia 4 bulan yang diberikan ASI eksklusif hanya 55 persen sementara itu pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 2 bulan hanya 64 persen, 46 persen pada bayi berumur 2-3 bulan dan 14 persen pada bayi berumur 4-5 bulan.

Dikatakan bahwa permasalahan yang mengakibatkan masih rendahnya penggunaan ASI di Indonesia adalah faktor sosial budaya, kurangnya pengetahuan akan pentingnya ASI, jajaran kesehatan yang belum sepenuhnya mendukung program pemberian ASI, gencarnya promosi susu formula dan kurangnya dukungan dari masyarakat termasuk institusi yang mempekerjakan perempuan untuk ibu menyusui.

Oleh karena itu, lanjut dia, keberhasilan ibu menyusui juga ditentukan oleh dukungan yang terus menerus dari suami, keluarga, petugas kesehatan dan masyarakat untuk terus menyusui bayinya.

"Salah satu alasan ibu tidak berhasil memberikan ASI eksklusif adalah ketidakmampuan bayi menghisap ASI dengan benar karena penolong persalinan yang memisahkan bayi dari ibunya begitu dilahirkan menghambat naluri bayi," ujarnya.

Sejalan dengan itu, lanjut dia, Tema Pekan ASI sedunia 2007 adalah mengangkat inisiasi menyusu dini, setelah dilahirkan bayi langsung diletakkan di perut ibu sehingga bayi secara alamiah akan mencari puting susu ibunya dan menghisap ASI.

"Keberhasilan inisiasi menyusu dini akan membantu keberhasilan menyusui secara eksklusif selama 6 bulan dan diteruskan sampai anak berusia 2 tahun," katanya.

Mengacu pada Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs), kata Meneg PP, inisiasi menyusu dini yang dilanjutkan hingga 6 bulan dan 2 tahun dapat membantu mempercepat pencapaian menghapus kemiskinan dan kelaparan.

"Hilangnya kesempatan memperoleh ASI menyebabkan lebih dari lima juta anak balita, termasuk bayi kurang dari 1 tahun, menderita kurang gizi dan sekitar 1,7 juta balita mengalami gizi buruk," katanya.

Tindakan inisiasi menyusu dini juga akan sangat membantu tercapainya tujuan MDGs nomor emat yaitu mengurangi angka kematian anak karena menyusu dini dalam satu jan pertama setelah melahirkan akan mengurangi kematian bayi baru lahir, ujarnya.

"Setiap ibu harus dibantu agar mendapat kesempatan untuk dapat menyusui mulai satu jam pertama," katanya.

Tema peringatan pekan ASI Sedunia 2007 adalah "Menyusu Satu Jam Pertama Kehidupan Dilanjutkan dengan Menyusui Eksklusif 6 bulan, Menyelamatkan Lebih Dari 1 juta Bayi".(*)
Lanjut...

Posted in Label: , | 1 komentar

ASI Eksklusif Penangkal Gizi Buruk pada Bayi

Medan (ANTARA News) - Pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada bayi usia 0-6 bulan tanpa diselingi makanan lain (eksklusif) secara teratur merupakan salah satu upaya pencegahan gizi buruk pada bayi.

Ketua Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara (USU), Drs Jumirah Apt M Kes, di Medan, Sabtu, mengatakan, dewasa ini masih banyak ibu yang tidak menyadari bahwa ASI merupakan salah satu penangkal gizi buruk karena memiliki protein tinggi, steril, dan merupakan anti bodi terbaik bagi bayi.

Ia mengatakan, gizi buruk merupakan permasalahan komplek yang disebabkan banyak faktor diantaranya perilaku ibu, penyakit dan kurangnya asupan makanan yang bergizi.

Fenomena saat ini adalah banyaknya perilaku ibu yang memberikan susu formula pada bayinya. Padahal salah satu penyebab gizi buruk adalah banyaknya ibu yang tidak memberikan ASI pada bayinya.

Ini disebabkan banyaknya ibu yang tidak faham bahwa ASI adalah makanan yang paling sesuai dengan kebutuhan bayi.

Sementara Kepala Dinas Kesehatan Kota Medan, Umar Zein, mengatakan, terjadinya kasus gizi buruk pada balita disebabkan banyak faktor.

Beberapa diantaranya disebabkan menurunnya daya beli masyarakat terhadap makanan bergizi, penyakit yang diderita sehingga tubuh tidak bisa menyerap gizi dari makanan yang dikonsumsi dan minimnya pengetahuan orang tua terhadap makanan bergizi. 

"Demi menekan kasus gizi buruk di Medan, kami akan terus melakukan penyuluhan kepada masyarakat tentang pola hidup bersih dan sehat serta makanan bergizi," katanya.(*)
Lanjut...

Posted in Label: | 0 komentar