Gizi Buruk Meningkat

Banjarmasin, Kompas - Temuan kasus anak balita bergizi buruk di Kalimantan Selatan meningkat. Apabila bulan Maret terdapat 14 kasus, pertengahan Juni jumlahnya melonjak menjadi 95 kasus, 6 di antaranya meninggal. Selain kemiskinan dan rendahnya pengetahuan, kurangnya tenaga kesehatan juga menjadi penyebab.

Kepala Dinas Kesehatan Kalimantan Selatan Rosehan Adani melalui Kepala Subdinas Pelayanan Kesehatan Masyarakat Rudiansyah, Kamis (19/6/2008) di Banjarmasin, menyatakan, kasus gizi buruk terjadi hampir merata di 13 kabupaten/kota di Kalimantan Selatan (Kalsel).

Anak balita penderita gizi buruk kini mendapat makanan tambahan berupa bubur instan, biskuit, dan susu. Selain itu, tiap keluarga mendapat Rp 750.000 dari Pemerintah Provinsi Kalsel untuk perbaikan gizi.

Menurut Rudiansyah, kesehatan anak balita tidak terpantau karena 95 persen tidak pernah dibawa ke posyandu. Selain miskin, kesadaran orangtua terhadap kesehatan rendah akibat rendahnya pendidikan. "Pendidikan orangtua 90 persen hanya sekolah dasar, bahkan ada yang tidak tamat," katanya.

Pelayanan kesehatan juga terbatas. Dari 1.892 desa di Kalsel, sebanyak 816 desa belum punya bidan desa. Pemprov Kalsel menargetkan, tahun 2010 seluruh desa di Kalsel memiliki bidan. Rudiansyah memprediksikan, temuan gizi buruk akan makin banyak akibat makin beratnya kondisi ekonomi.

Salah satu penderita, Aminah (2), anak bungsu Farida (35), saat ditemui rumah kontrakan di Gang Gandapura, Banjarmasin, Kamis petang, kondisinya mulai membaik setelah mendapat makanan tambahan.

Farida punya tiga anak lain, yaitu Fitri (10), Muhammad (7) yang berbadan kurus dan tidak bisa bicara, dan Suharda (6) yang mengalami lumpuh. Farida bekerja sebagai pengupas bawang. Suaminya, Ramli, bekerja di Malaysia dan tidak ada kabar.

Sementara di Palangkaraya, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Djono Koesanto menuturkan, pihaknya berusaha menjaring kasus anak balita bergizi buruk di Kalteng lewat posyandu. Ada 1.700 posyandu aktif di 13 kabupaten/kota di Kalteng. Hasilnya, lima bulan terakhir ditemukan 10 kasus gizi buruk di beberapa kabupaten.

Selain mengaktifkan posyandu, ada juga proyek percontohan memberantas gizi buruk dengan menempatkan 10 lulusan akademi gizi sebagai pendamping dan pelatih kader posyandu serta mengunjungi warga untuk memberikan penyuluhan kesehatan dan gizi kepada para orangtua.
Para petugas dikontrak Dinas Kesehatan Kalteng dengan upah Rp 500.000 per bulan. (FUL/CAS)

http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/06/20/01102090/gizi.buruk.meningkat

Posted in Label: |

0 komentar: