Ibu Berikan ASI Eksklusif baru 2 Persen

Ibu yang memberikan Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif kepada bayinya sampai berumur enam bulan saat ini masih rendah, yaitu kurang dari dua persen dari jumlah total ibu melahirkan.

"Itu antara lain terjadi karena pengetahuan ibu tentang pentingnya ASI masih rendah, tatalaksana rumah sakit yang salah, dan banyaknya ibu yang mempunyai pekerjaan di luar rumah," kata Konsultan Neonatology RSCM, Prof Rulina Suradi, SpA (K) IBCLC, di Jakarta.


Ia mengemukakan, beberapa rumah sakit memberikan susu formula pada bayi yang baru lahir sebelum ibunya mampu memproduksi ASI. Hal itu menyebabkan bayi tidak terbiasa menghisap ASI dari puting susu ibunya, dan akhirnya tidak mau lagi mengonsumsi ASI atau sering disebut dengan 'bingung puting.'

"Menghisap susu dari botol itu lain dengan menghisap puting susu ibu. Bayi harus belajar sejak awal dan ibu juga harus belajar menyusui, karena ketrampilan itu memang harus dipelajari oleh keduanya," kata Rulina.

ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan tambahan lain pada bayi berumur nol sampai enam bulan.

Rulina menegaskan bahwa ASI eksklusif adalah makanan terbaik yang harus diberikan kepada bayi, karena di dalamnya terkandung hampir semua zat gizi yang dibutuhkan oleh bayi.

"Tidak ada yang bisa menggantikan ASI karena ASI didesain khusus untuk bayi, sedangkan susu sapi komposisinya sangat berbeda sehingga tidak bisa saling menggantikan," jelasnya.

Menurut dia, ada lebih dari 100 jenis zat gizi dalam ASI antara lain AA, DHA, Taurin dan Spingomyelin yang tidak terdapat dalam susu sapi. Beberapa produsen susu formula mencoba menambahkan zat gizi tersebut, tetapi hasilnya tetap tidak bisa menyamai kandungan gizi yang terdapat dalam ASI.

"Lagi pula penambahan zat-zat gizi tersebut jika tidak dilakukan dalam jumlah dan komposisi yang seimbang maka akan menimbulkan terbentuknya zat yang berbahaya bagi bayi," katanya.

Manfaat ASI

Rulina juga mengemukakan, ASI sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan anak.

"Menurut penelitian, anak-anak yang tidak diberi ASI mempunyai IQ (Intellectual Quotient) lebih rendah tujuh sampai delapan poin dibandingkan dengan anak-anak yang diberi ASI secara eksklusif.

Anak-anak yang tidak diberi ASI secara eksklusif juga lebih cepat terjangkiti penyakit kronis seperti kanker, jantung, hipertensi dan diabetes setelah dewasa. Kemungkinan anak menderita kekurangan gizi dan mengalami obesitas (kegemukan) juga lebih besar.

Selain pada anak, pemberian ASI juga sangat bermanfaat bagi ibu. ASI, selain dapat diberikan dengan cara mudah dan murah juga dapat menurunkan resiko terjadinya pendarahan dan anemia pada ibu, serta menunda terjadinya kehamilan berikutnya.

Hal lain yang jauh lebih penting adalah timbulnya ikatan bathin (bonding) yang kuat antara ibu dan anak.

"Ibu juga tidak perlu susah-susah melakukan diet untuk mengecilkan perut setelah melahirkan, karena hisapan anak pada puting susu ibu merangsang keluarnya hormon yang dapat mengencangkan dinding-dinding perut ibu kembali," katanya.

Ibu yang bekerja di luar rumah pun tidak perlu khawatir tidak bisa memberikan ASI eksklusif kepada bayinya, karena ASI bisa diperah setiap tiga sampai empat jam sekali untuk disimpan dalam lemari pendingin.

"Dalam kondisi biasa ASI bisa tahan disimpan dalam enam sampai delapan jam, tetapi jika disimpan dalam lemari pendingin bisa tahan sampai 2 X 24 jam. (Ant/O-1)

Link http://www.depkes.go.id/index.php?option=news&task=viewarticle&sid=524&Itemid=2

Posted in Label: |

0 komentar: