Biskuit Bermasalah di TTU, Care International Tak Peduli

KEFAMENANU, PK -- Kendati The United Nations World Food Programme (UN-WFP) di Jakarta telah melarang agar pendistribusian dan konsumsi biskuit gratis dihentikan sementara, namun para petugas lapangan Care International di Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) tetap melakukan sosialisasi. Petugas lapangan itu malah mendesak sekolah agar menyukseskan WFP's School Feeding Program.

Amandus Taena, salah satu guru di SDK Oelami, membeberkan soal ini ketika ditemui, Sabtu (4/4/2009) siang. "Petugas Care International datang di sekolah dan melakukan sosialisasi. Mereka desak guru dan murid agar tidak takut makan biskuit itu. Padahal kami dengar, pemerintah dan WFP sudah larang jangan makan," kata Taena.

Petugas lapangan itu, kata Taena, meminta guru untuk mendampingi murid saat pembagian biskuit dan saat murid mengonsumsi biskuit itu. "Jadi petugas bilang, saat murid makan biskuit, harus didampingi para guru. Dan kalau makan, harus di dalam kelas, tidak boleh diluar kelas. Biar bisa diawasi," kata Taena mengutip penjelasan petugas lapangan Care International.

Taena berpendapat, sosialisasi itu baik, namun tidak menjamin keselamatan murid dari kecelakaan saat menelan benda-benda asing seperti jarum pentul, anakan hekter, pisau silet dan lain sebagainya. "Apakah nanti jatuh korban, Care International bertanggung jawab? Apakah sosialisasi itu adalah bentuk lain pemaksaan bahkan melawan dengan sengaja himbauan WFP dan pemerintah?" tanya Taena.

Penjelasan senada disampaikan beberapa guru di SDK Kuatnana 1 dan SDK Kuatnana 2, ketika ditemui wartawan kemarin siang. "Memang benar Pak! Ada petugas dari Care International datang bilang kepada kami supaya makan saja biskuit itu. Petugas Care International bilang dia siap dipanggil polisi dan siap menjelaskan kepada Bupati TTU. Dia bilang siap bertanggung jawab," kata salah seorang guru, dibenarkan rekan guru lainnya.

Kendati demikian, lanjut guru yang menolak namanya dikorankan itu, para guru di sekolah sepakat untuk menghentikan pemberian biskuit kepada murid-murid. "Misalnya, tiba-tiba ada yang telan jarum pentul, leher kami yang dicari oleh orangtua murid. Petugas Care International tentu aman-aman saja, tapi kami yang tanggung akibatnya," sahut salah seorang ibu guru dengan nada kesal.

Sementara itu, Ny. Sherly Ndoen, Bidan Desa di Polindes Fatusene, Miomaffo Timur, yang dihubungi terpisah kemarin petang, membenarkan bahwa pihaknya juga mendapat bantuan biskuit dari WFP melalui Care International. 

"Orang Care International datang bawa biskuit puluhan dos. Mereka bilang makan saja, tidak apa-apa. Dan memang belum ada ditemukan benda -benda asing dalam biskuit itu. Mungkin ada tapi tidak dilaporkan orang tua balita," tukasnya.

Dia mengakui sempat was-was ketika tahu ada kasus biskuit di beberapa sekolah. Karena itu, lanjutnya, ia akan waspada dan menghentikan sementara. "Nanti kalau pemerintah bilang lanjut bagi dan boleh makan, baru saya bagikan kepada balita di Posyandu," kata Ny. Ndoen.

Sudah Dapat Laporan
Kadis Kesehatan TTU, dr. Michael Suri, M.M, yang dimintai tanggapannya soal kasus biskuit 'bencana' tersebut, mengatakan, pihaknya sudah mendapat laporan dari lapangan. 

"Tapi harus ada tim investigasi gabungan dari BPOM, Care International, UN-WFP, dan instansi terkait lainnya. Sebab bantuan dari LSM itu memang sangat strategis untuk pemberantasan gizi buruk," jelasnya.

Ditambahkannya, laporan tim investigasi gabungan itu menjadi masukan bagi pihaknya untuk memutuskan apakah program bantuan itu diteruskan atau dihentikan sama sekali. "Saya tunggu orang-orang dari WFP dan Care International untuk membentuk tim gabungan itu dan sama-sama melacak di lapangan. Jika WFP dan Care International cuma membangun asumsi bahwa biskuit itu aman, saya kira itu bukan tindakan yang profesional dari sebuah LSM bertaraf Internasional," tandasnya.

Mitra Salima Suryono, Public Information Officer UN-WFP, yang dimintai tangapannya melalui telepon genggamnya kemarin malam, mengatakan Care International sudah menghentikan distribusi biskuit tersebut. Dan tidak ada aktivitas apa-apa di lapangan. 

"Yang ada cuma sisa biskuit di sekolah dan posyandu. Itu pun sudah dilarang untuk jangan dikonsumsi dulu, sebelum ada investigasi lanjutan," tandas Mitra. 

Sementara Willem Leang, Project Manager NRP pada Kantor Care International, yang dihubungi melalui telepon genggamnya, kemarin malam, tidak memberikan tanggapan apa-apa. (ade)

Sumber: Pos Kupang 5 April 2009 halaman 1

Posted in Label: , |

0 komentar: