Harapan Hidup Orang NTT di Bawah Rata-rata Nasional

KUPANG, PK --Wakil Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT), Ir. Esthon L Foenay, M. Si, mengatakan, NTT masih mengalami kekurangan tenaga kesehatan. Hal ini ditandai dengan masih banyaknya permasalahan kesehatan di daerah ini, seperti angka harapan hidup yang masih di bawah rata-rata nasional, angka kematian ibu dan bayi yang masih tinggi, gizi buruk dan gizi kurang. 

Selain itu, rendahnya pemahaman masyarakat akan hidup sehat menambah buruk kondisi kesehatan di daerah ini. Untuk itu, kehadiran Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Surabaya Multi Kelas Kupang diharapkan dapat menjadi lokomotif kesehatan di daerah ini.

Wagub Esthon Foenay mengatakan hal ini ketika memberikan kuliah umum tentang Pembangunan Daerah Propinsi NTT di kampus STIKES Surabaya Multi Kelas Kupang, Jumat (3/4/2009). 

Hadir pada kesempatan itu, Owner dan Ketua STIKES Surabaya, Drs. Marzuki Roffi, MBA, Ketua Pelaksana Harian STIKES Surabaya Multi Kelas Kupang, Rudizon Doko Patty, SE, para ketua dan wakil ketua program studi (prodi), para dosen, karyawan serta ratusan mahasiswa STIKES Surabaya.
Menurut Foenay, indeks pembangunan manusia di NTT dilihat dari tiga aspek, yakni pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Di bidang pendidikan, katanya, angka buta huruf masih mencapai 300 ribu orang tahun 2009 dan rata-rata orang NTT masih hanya tamat SD. Di bidang kesehatan, katanya, uisa harapan hidup mencapai 65 tahun, sedangkan secara nasional 66,2 tahun. Angka kematian ibu, 306/100.000 kelahiran, sedangkan secara nasional mencapai 248/100.000. Angka kematian bayi mencapai 57/1000 kelahiran dan secara nasional 34/1000 kelahiran. 
Menurutnya, angka itu menunjukkan setiap 100.000 ibu yang melahirkan, tercatat 306 meninggal dunia, demikian juga terdapat 57 orang anak hidup kurang dari satu jam dari 1000 orang anak yang lahir. 

Angka-angka tersebut masih jauh dari rata-rata nasional yakini 34 orang bayi meninggal dalam 1000 kelahiran dan 248 ibu meninggalkan dari 100.000 ibu setelah melahirkan.
Lebih lanjut dijelaskan, indeks gizi buruk di NTT mencapai 7,1 persen, sedangkan secara nasional 8,8 persen, gizi kurang 30,70 persen sedangkan secara nasional 19,2 persen dan gizi baik mencapai 61,60 persen sedangkan secara nasional 69,15 persen. 
Meningkatnya angka kematian ibu dan bayi disebabkan oleh faktor kesehatan embrio ibu dan sanitasi lingkungan yang tidak memadai, sebagai akibat dari rendahnya pemahaman tentang hidup sehat oleh masyarakat. Sedangkan gizi buruk lebih banyak disebabkan pemilihan menu gizi oleh masyarakat yang sangat kurang. 

"Orang kita sebenarnya penghasil jagung dan ternak, tetapi gengsi makan jagung, padahal jagung adalah makanan bergizi. Selain itu, NTT juga kaya ternak, tetapi tidak dikonsumsi untuk kebutuhan rumah tangga, melainkan hanya untuk dijual. Ke depan pemerintah akan membuat pemetaan berdasarkan kondisi yang ada, seperti Flores, Lembata dan Alor untuk tanaman perkembunan, sedangkan Timor dan Sumba untuk peternakan. Kita kurang mengonsumsi menu lokal," katanya.

Dikatakannya, salah satu faktor suatu daerah berkembang atau tidak sangat dipengaruhi oleh faktor pendidikan dan kesehatan. Kehadiran lembaga STIKES sebagai lokomotif pembangunan pendidikan dan kesehatan di NTT sangat penting dan menjawab kebutuhan masyarakat daerah ini. 

Dikatakannya, kondisi geografis NTT yang terdiri dari pulau- pulau, baik yang bernama maupun belum bernama, yang dihuni maupun belum dihuni, sangat mempengaruhi perkembangan dan kemajuan di bidang kesehatan maupun pendidikan. (nia)


Harus Pulang ke Desa

SEMENTARA owner dan Ketua STIKES Surabaya, Drs. Marzuki Roffi, MBA, mengatakan, kehadiran STIKES Surabaya Multi Kelas Kupang menjadi jawaban atas kebutuhan masyarakat NTT di bidang kesehatan. STIKES Surabaya arah dan tujuannya adalah membangun desa, sehingga lulusan STIKES Surabaya harus pulang ke desa masing-masing untuk mulai memberikan warna dan pemahaman kepada masyarakat membangun kesehatan minimal, mulai dari diri dan keluarga serta lingkungan sekitar.

Dikatakannya, selain memecahkan masalah pendidikan, kehadiran lembaga ini adalah memecahkan masalah kesehatan di daerah ini. Karena pembangunan di bidang apa saja harus dimulai dari pendidikan dan kesehatan, dan tanpa pembangunan pendidikan, semua pembangunan tidak akan terarah. (nia)

Sumber: Pos Kupang 4 April 2009 halaman 10

Posted in Label: , , |

0 komentar: