Penderita DBD Paling Banyak di RSU Kupang

KUPANG, PK -- Selama Januari 2010, pasien paling banyak dirawat di RSU Kupang adalah penderita demam berdarah dengue (DBD). Urutan kedua ditempati pasien diare, dan ketiga pasien gizi buruk. Umumnya, pasien penderita DBD, diare dan gizi buruk mulai dari anak-anak usia tiga bulan hingga 10 tahun.

Kepala Bagian Program Perencanaan, Pelaporan RSU Kupang, David Mandala, melalui Kasubag Program Perencanaan dan Pelaporan, Vince B Panggula, SKM, menjelaskan hal tersebut kepada Pos Kupang, Rabu (27/1/2010).
Sesuai data rekam medik RSU Kupang, hingga Rabu (27/1/2010), jumlah pasien DBD yang telah dirawat 81 orang, pasien diare 60 orang dan pasien gizi buruk empat orang.

Vince menjelaskan, dari jumlah pasien DBD, yang masih dirawat 13 orang. Pasien ini dirawat di kelas satu anak enam orang dan di kelas dua dan tiga anak tujuh orang. Sementara pasien diare yang masih dirawat 11 orang dan pasien gizi buruk empat orang. Semuanya dirawat di ruang kelas dua dan tiga anak.

Wakil Kepala Bagian Ruang Kelas II dan III Anak, Hadiah Marsi, yang ditemui terpisah membenarkan di kelas II dan III sedang dirawat tujuh pasien DBD, diare dan gizi buruk. Pasien DBD dirawat di ruang D1, D2, D6, D9, E4, E5 dan G5.
Sedangkan pasien diare di ruang B3, C3, D4 dan ruang G1 hingga G7. Sementara pasien gizi buruk dirawat di ruang G2, G3, G4 dan G5.

Modesta Moi, orangtua Maria Mau (10 bulan) pasien suspek DBD, menjelaskan, ia terpaksa membawa anaknya ke RSU Kupang. Selama berobat di Puskesmas Maulafa, kondisi tubuh anaknya masih tetap panas dan dingin. Meski telah mengkonsumsi obat dari puskesmas.

"Saya takut anak saya terserang DBD. Saat ini masih menunggu hasil pemeriksaan darah. Saya dan anak berdiri di luar ruangan perawatan, karena di dalam ruangan anak saya terus menangis. Mungkin dia kepanasan di dalam ruangan," katanya.

Dr. Maria Simplicia Fernandes, SpA, yang ditemui di ruang perawatan anak, mengatakan, tahun ini ada kecendrungan peningkatan pasien DBD jika dibandingkan tahun lalu. Simplicia menyarankan agar masyarakat terus membersihkan lingkungan sekitar tempat tinggal. Terutama di tempat-tempat sampah dan tempat genangan air. "Di tempat-tempat itu sangat potensial sebagai tempat berkembangbiaknya nyamuk," katanya. (den)

Pemkot Gelar Rapat Koordinasi

KASUS demam berdarah dengue (DBD) di Kota Kupang sejak minggu kedua bulan Oktober 2009 hingga tanggal 27 Januari 2010 mencapai 193 kasus.
Menyikapi meningkatnya kasus tersebut, Pemerintah Kota (Pemkot) Kupang menggelar rapat koordinasi antara dinas kesehatan dengan camat dan lurah se-Kota Kupang. Rapat koordinasi itu untuk mendengar laporan dari masing-masing kecamatan dan tindak lanjutnya oleh pihak terkait.

Rapat ini dibuka oleh Wakil Walikota Kupang, Drs. Daniel Hurek, di ruang rapat Sasando Lantai III Kantor Walikota Kupang, Kamis (28/1/2010). Rapat ini dihadiri para camat dan lurah serta dokter dan paramedis dari masing-masing puskesmas dan puskesmas pembantu (Pustu) se Kota Kupang. Hadir dalam rapat tersebut Kepala Dinas Kesehatan Kota Kupang, dr. Dominggus Sarambu serta stafnya.

Hurek mengatakan, kasus DBD disebabkan oleh faktor fungsi dimensi, yakni faktor pendidikan, ekonomi, kesehatan serta beberapa faktor lainnya. Secara tidak sengaja masyarakat telah menyediakan tempat pengembangbiakan penyakit DBD dengan membuka air pada bak - bak penampungan yang ada di rumah masing- masing.
Hurek menegaskan, hingga saat ini jumlah kasus DBD sangat tinggi, yakni mencapai 193 kasus. Jumlah tersebut harus diwaspadai, karena jika mencapai 250 kasus maka dikategorikan sebagai kejadian luar biasa (KLB).

Untuk itu, kata Hurek, para camat, lurah dan paramedis masing-masing pustu dan puskesmas harus bekerja keras untuk mengantisipasi dengan program 3M, yakni menguras, menutup serta menguburkan kaleng-kaleng bekas.

"Lurah harus tahu berapa warga yang menderita DBD. Lurah jangan hanya duduk di belakang meja, tetapi harus selalu berada di tengah masyarakat untuk mengidentifikasi semua persoalan yang ada, termasuk DBD dan jangan sempai ada yang meninggal di rumah. Saya instruksikan, jika ada kasus DBD segera dilarikan ke RS untuk mendapatkan pertolongan. Pemerintah menyediakan biaya. Lurah segera berkoordinasi," tegas Hurek.

Hurek mangatakan, beberapa hal penting yang harus diperhatikan oleh masing- masing lurah, antara lain mengidentifikasi dan memastikan penyakit yang mewabah serta media penyebaran untuk kepentingan tindakan antisipasi. Untuk mengetahui sejauhmana tingkat kesiapan paramedis dan peralatan pada masing-masing puskesmas dan pustu yang ada maka para petugas kesehatan harus siaga di tempat untuk memberikan pelayanan.

Selain itu, lurah juga harus berkoordinasi dengan pihak terkait guna melakukan tindakan antisipasi dan jangan sampai ada warga yang meninggal di rumah.
"Lurah jangan menjadi kepala kantor yang hanya duduk di belakang meja menunggu laporan, tapi harus turun langsung melakukan antisipasi," katanya.
Hurek juga meminta para lurah mengarahkan warga untuk membersihkan lingkungan masing-masing dengan kerja bakti bersama guna mengatasi kasus DBD yang kian meningkat. (mas)

Pos Kupang 29 Januari 2010 halaman 17

Posted in Label: , |

0 komentar: