Dinkes Kota Kupang Bagi-bagi Kelambu

UNTUK mencegah penyakit malaria dan DBD, Dinas Kesehatan Kota Kupang membagi 1.000 kelambu kepada ibu hamil dan balita yang ada di Kelurahan Oesapa, Oesapa Barat, Oesapa Selatan dan Kelurahan Lasiana.

Bantuan ini disalurkan atas kerja sama dinas kesehatan dengan LSM pemerhati malaria, Fan Global.

"Pihak Puskesmas Oesapa yang menyalurkan bantuan tersebut kepada masing-masing kelurahan sesuai dengan jumlah ibu hamil dan balita yang ada," kata Rosalia Riberu, perawat, saat ditemui pada acara pembagian kelambu di Puskesmas Oesapa, Selasa (19/1/2010).

Riberu mengatakan, pembagian kelambu untuk keempat kelurahan sudah dilakukan sejak bulan Agustus 2009, namun belum semua.

Menurutnya, para perawat hanya membagikan kelambu kepada mereka yang memenuhi syarat dengan menyerahkan foto copi kartu tanda penduduk (KTP) dan kartu menuju sehat (KMS) serta kartu keluarga. Dinas menetapkan persyaratan ini untuk menghidari adanya penyusupan dari daerah lain yang ingin mendapatkan kelambu.

Terkait dengan pembagian kelambu, Lurah Oesapa Barat, Vera Suek, S.Sos mengatakan, pihak kelurahan hanya menyampaikan kepada masing-masing RT agar semua ibu hamil dan anak balita dapat mengambil kelambu di kantor lurah. "Kami dari kelurahan hanya memfasilitasi saja," katanya. (mas)


7 DBD, 6 Diare, 5 Gizi Buruk

Saat ini RSU Prof. Dr. WZ Johannes Kupang merawat tujuh pasien demam berdarah dengue (DBD), enam pasien diare dan lima pasien gizi buruk.

Enam dari tujuh pasien DBD dirawat di ruang Kelas II dan III Anak dan satu pasien lainnya dirawat di ruang Kelas I Utama. Enam pasien diare juga menjalani perawatan di ruang Kelas II dan II Anak. Di ruang yang sama juga dirawat lima anak pasien gizi buruk.

Kepala ruangan Kelas II dan II Anak, Marlina Pattypeilohy saat ditemui, Selasa (19/1/2010), merincikan, tujuh pasien DBD dirawat di ruang B4, D4, D6, E1, E4, E6 dan ruang E7. Lima pasien gizi buruk dirawat di ruang B5, D2, G2, G4 dan G6. Sedangkan enam orang pasien diare dirawat di beberapa ruangan Kelas II dan III Anak. Dua dari tujuh pasien DBD adalah Mellani Mau (7 bulan) dan Lodya Malei Mani (9 tahun).

Melkianus Mau, orangtua Mellani Mau, saat ditemui di ruang perawatan, menjelaskan, anaknya mengalami panas tinggi. Beberapa saat kemudian kondisi tubuhnya kembali dingin. "Suhu badan panas dan dingin terus berlangsung hingga beberapa hari. Khawatir dengan suhu tubuhnya yang tidak menentu, kami bawa Melanni ke RSU. Setelah dilakukan pemeriksaan darah di laboratorium, hasilnya Mellani positif DBD," katanya.

Kondisi yang sama dialami Lodya Malei Mani, sebagaimana dijelaskan Betzeba Atapeda, kakak Lodya Malei Mani. Suhu tubuh Lodya panas dingin sejak dua minggu yang lalu.

"Setelah darahnya diperiksa di laboratorium, hasilnya Lodya positif DBD. Lodya mulai menjalani perawatan, Senin (18/1/2010)," kata Atapeda, warga Kelurahan Batuplat ini.

Susana Haning, orangtua Nita Haning, pasien gizi buruk, menjelaskan, Nita dirawat sejak Sabtu (9/1/2010). Kondisinya membaik sehingga pulang ke rumah di RT 10/RW 3, Kelurahan Oebufu. Setelah berada di rumah selama satu hari, pada Senin (18/1/2010), Nita kembali masuk RSU.

"Nita dirawat kembali karena sesuai hasil pemeriksaan dokter dari perbandingan tinggi dan berat badannya, masuk dalam klasifikasi gizi kurang," kata Susana.
Berdasarkan data rekam medis yang diperoleh Pos Kupang, sampai dengan Selasa (19/1/2010), RSU Kupang telah merawat 22 pasien DBD, 40 pasien diare dan lima pasien gizi buruk. (den)

Pos Kupang 20 Januari 2010 halaman 17

Posted in Label: , , |

0 komentar: