Diare Renggut Tiga Nyawa di Kupang

KUPANG, PK--Dalam rentang waktu dua hari terakhir, tiga pasien diare (muntah berak) meninggal dunia di RSU Prof. Dr. WZ Johannes-Kupang. Satu korban meninggal, Kamis (8/1/2009), sedangkan dua korban lainnya meninggal, Jumat (9/1/2009).

Korban yang meninggal hari Kamis atas nama Monika Mantero, Warga Desa Oebelo, Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang. Dua korban yang meninggal kemarin pagi, masing- masing Sonny Haning (1,8 tahun), warga RT 20/RT 05 Desa Oebelo, Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang, dan Defita M. Kefi (1,1 tahun), warga Kelurahan Pasir Panjang, Kota Kupang.

Menurut penjelasan Kepala Instalasi Pemulazaran Jenazah (IPJ), RSU Prof Dr. WZ Johannes-Kupang, Yoseph Leu Oemanas, di ruang kerjanya, Jumat (9/1/2009), jenazah Sonny Haning dan Defita M Kefi masuk ke ruang IPJ kemarin pagi sekitar pukul 08.00 Wita. 

Sementara ayah Sonny, Yacob Haning, ditemui di ruang IPJ, kemarin, menjelaskan, anaknya dirawat di Ruang Kenanga Kelas Dua, Rabu (7/1/2009). Anaknya meninggal akibat komplikasi penyakit diare dan gizi buruk.

Seperti Sonny, korban lainnya, Defita M. Kefi (1,1 tahun), juga meninggal di Ruang ICU, Jumat (9/1/2008) pagi, karena komplikasi diare dan gizi buruk. Defita dirawat sejak hari Kamis (8/1/2009).

Dalam catatan Pos Kupang, memasuki tahun 2009 ini, diare dan demam berdarah menyerang banyak warga di sejumlah daerah. RSU Prof. Dr. WZ Johannes menerima banyak pasien diare dan demam berdarah.

Meningkat
Kepala Puskesmas Rawat Inap Kelurahan Sikumana-Kota Kupang, dr. Theresia Rallo, ditemui di ruang kerjanya, Jumat (9/1/2009), menjelaskan, selama pekan pertama Januari 2009, pasien diare meningkat. Dalam sepekan terakhir, Puskesmas Sikumana telah merawat 17 pasien diare dan satu orang pasien gizi buruk. 

Dari 17 pasien diare tersebut, lima orang di antaranya menjalani rawat inap dan satu pasien lainnya, atas nama Alfredo Nabunome (11 bulan), hingga kemarin masih menjalani perawatan. Sedangkan sebelas pasien lainnya, hanya menjalani rawat jalan atau rawat di rumah. 

Rallo menambahkan, pasien diare yang menjalani rawat inap ada yang mengalami dehidrasi berat. Namun setelah dirawat, kondisi tubuhnya membaik dan mereka telah kembali ke rumahnya.

Emerensiana Hani, orangtua Alfredo Nabunome, warga RT 2/RW 3, Kelurahan Belo, di temui di Ruang Perawatan Anak Puskesmas Sikumana, kemarin, menjelaskan, anaknya masuk dan dirawat di puskesmas, Senin (5/1/2009) lalu. "Kami membawa Alfredo ke puskesmas karena sebelumnya pada hari Minggu (4/1/2008), Alferedo terus muntah dan berak. Kondisi badannya sangat lemah karena setelah diberi ASI beberapa saat kemudian dia terus muntah-muntah.

Rallo menambahkan, pihaknya juga menerima satu pasien gizi buruk dengan komplikasi diare atas nama Apriance Mause (3 tahun). "Mause baru hari ini (kemarin--Red) dibawa orangtuanya diperiksa di puskesmas. Dari hasil pemeriksaan, Mause menderita gizi buruk dengan komplikasi diare. Berat badannya hanya delapan kilogram, sementara usianya telah tiga tahun. Artinya antara berat badan dan umur tidak sebanding. Pasien ini langsung dirujuk ke RSU-Johannes," kata Rallo.

Emeritus Mause, orangtua Apriance Mause, warga Desa Nauma, Kecamatan Alor Timur, Kabupaten Alor, ditemui terpisah menjelaskan, dirinya bersama istrinya, Ina Mause, dan anaknya, Apriance, tiba di Kupang sejak Oktober 2008 lalu. "Kami ke Kupang karena selama di Alor, Apriance mengalami sakit dan kondisi tubuhnya semakin kurus. Selama di Kupang, baru hari ini kami membawa Apriance ke Puskesmas. Kami tinggal dengan salah satu keluarga, di RT 26/RW 07, Kelurahan Sikumana," kata Mause.

Siapkan Rp 750 juta
Pemerintah Kabupaten Sumba Timur menyiapkan dana dari APBD senilai Rp 750 juta untuk penanggulangan gizi buruk di Sumba Timur. Dana itu akan dipakai untuk pemberian makanan tambahan melalui posyandu-posyandu. Sementara itu, jumlah penderita gizi buruk di Sumba Timur sampai akhir tahun 2008 sebanyak 161 orang.

Hal tersebut disampaikan Bupati Sumba Timur, Drs. Gidion Mbilijora, M.Si, ketika ditemui Pos Kupang di ruang kerjanya, Jumat (8/1/2009). Gidion mengaku, dari hasil deteksi melalui posyandu masih ditemukan ada balita gizi buruk. Namun dari segi jumlah trendnya menurun jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. "Data penderita gizi buruk ini ditemukan saat penimbangan di posyandu-posyandu," kata Gidion.

Gidion mengungkapkan, setiap tahun pemerintah daerah selalu menyiapkan dana untuk pemberian makanan tambahan di posyandu-posyandu. Karena itu, kata Gidion, jika ada masyarakat yang mengaku tidak pernah lagi mendapat makanan tambahan di posyandu, maka ada yang tidak beres di tingkat posyandu. Karena it, Gidion mengatakan akan melakukan evaluasi terhadap kinerja posyandu.

Dikatakan Gidion, dari pemantauan terhadap perkembangan penanggulangan gizi buruk selama ini memang dilakukan melalui posyandu, yakni melalui penimbangan. "Dari hasil penimbangan bayi dan anak di posyandu itu kita bisa mengetahui berapa anak yang mengalami kekurangan energi protein (KEP) dan berapa anak yang kekurangan energi kronis (KEK). Data tersebut kita padukan dengan data luas tanam, puso, dan luas panen, selanjutnya dipadukan dengan data rumah tangga miskin (RTM) dari Badan Pusat Statistik (BPS). Data yang ada kemudian diolah oleh tim sistem kewaspadaan pangan dan gizi (SKPG) dan diserahkan ke bupati," kata Gidion.

Data dari SKPG ini, katanya, akan dipakai sebagai acuan bagi pemerintah untuk mengambil langkah preventif dalam penanggulangan gizi buruk dan gizi kurang di Sumba Timur. "Data gizi buruk pada Januari 2009 ini kita masih data. Dari data sementara yang masuk ke saya, dua orang meninggal dunia, dua orang masih dirawat di RSU Imanuel dan RSUD Umbu Rara Mega, masing-masing Agra Setiawan usia sembilan bulan berat empat kilo gram asal Kambaniru, Kecamatan Kambera dan Opi Tawurmai asal Mandas, usia 2,1 tahun berat delapan kilogram. (den/dea)

Posted in Label: , |

0 komentar: