Meningkat, Penderita Diare di Sumba Timur

WAINGAPU, PK-- Jumlah penderita diare dan infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) di Sumba Timur meningkat dalam sebulan terakhir. Sebagian besar penderita adalah anak dan balita.

Pantauan Pos Kupang di dua rumah sakit umum dan klinik yang ada di Sumba Timur beberapa hari terakhir, semua ruangan khususnya ruangan anak dan balita terisi oleh penderita diare dan ISPA.

Di Rumah Sakit Kristen (RSK) Lindimara, peningkatan jumlah pasien hingga dua kali lipat. Kepala Rumah Sakit Lindimara, dr. Rin Tipa, yang dihubungi Pos Kupang per telepon, Sabtu (3/1/2008), mengatakan, dalam sebulan terakhir terjadi peningkatan pasien diare dari sebelumnya enam persen menjadi 38,05 persen, dan sisanya penderita malaria. Sebagian besar penderita diare, kata Rin, adalah balita dan anak-anak. 

Meski demikian, lanjut Rin, sampai saat ini belum ada pasien yang meninggal dunia. Peningkatan jumlah pasien diare juga terjadi di Klinik Imanuel. 

Direktur Klinik Imanuel, dr. Dani, yang ditemui di ruang kerjanya, Sabtu (3/12/2008) siang, mengatakan, dari 276 pasien rawat inap di klinik tersebut, 60 orang pasien anak. Dari jumlah pasien anak yang ada, lanjutnya, 43 orang penderita diare (muntaber). 

"Jumlah yang ada belum termasuk di poliklinik yang rawat jalan. Meski demikian belum ada yang sampai meninggal dunia meski ada penderita yang datang ke rumah sakit sudah dalam kondisi dehidrasi berat," kata Dani.

Ia menjelaskan, sebagian besar balita dan anak-anak yang menderita penyakit diare, ISPA dan bronkitis adalah anak-anak yang kekurangan gizi.

Tiga Pasien Gizi Buruk
Pasien anak yang ada, tiga di antaranya penderita gizi buruk. Tiga pasien yang diduga gizi buruk, yakni Kristian Angga Lodu, balita usia 1,5 tahun asal Mauliru yang berat badannya hanya lima kilogram. Suhartitin (1,7) asal Kanatang yang berat badannya hanya enam kilogram, dan Grasia Indri Ate (2,1) asal Kelurahan Kambajawa berat badan sembilan kilogram.

Balita yang menderita gizi buruk ini pada umumnya berasal dari orangtua yang memiliki penghasilan tidak tetap (petani dan nelayan). Emiliana (36), ibunda Kristian yang ditemui, di Klinik Imanuel, Sabtu siang, mengatakan, sejak lahir ia selalu membawa sang buah hati ke posyandu. Pada saat usia delapan bulan, lanjutnya, Kristian pernah diberi bubur kacang hijau di posyandu. Namun setelah itu tidak ada lagi. "Kami ke posyandu, tetapi tidak ada lagi makanan tambahan. Di sana hanya dilakukan penimbangan," kata Emiliana. 

Ia menjelaskan, putra bungsunya dilahirkan di rumah dengan pertolongan dukun terlatih. Awalnya, kata Emiliana, tidak ada masalah. Namun belakangan seiring dengan pendapatan suaminya yang tidak tetap, kondisi kesehatan Kristian mulai menurun. Kristian, tutur Emiliana, pernah dirawat di RSK Lindimara namun kondisinya belum membaik. Sesuai identifikasi dokter, katanya, Kristian saat ini menderita bronkitis.

Hal yang sama juga dialami Suhartitin, balita asal Kanatang.Dalam usia 1,7 tahun, berat badan Suhartitin hanya enam kilogram. Dengan berat badan tersebut, Suhartitin mudah terserang penyakit. Suhartitin dilarikan ke Klinik Imanuel karena menderita diare. Sesuai pengakuan orangtuanya, Suhartitin rutin ke posyandu dan pernah dua kali diberikan asupan makanan tambahan. Namun kondisinya tidak berubah.

Berdasarkan data yang dikumpulkan Pos Kupang di lapangan, selain yang dirawat di rumah sakit, saat ini ada beberapa penderita gizi buruk di Sumba Timur yang tidak terdeteksi. Satu pasien gizi buruk di Kelurahan Wangga hingga saat ini belum tersentu pemerintah. Juga satu pasien gizi buruk bernama Eliazar Lundawa, bayi dua bulan asal Lewa yang meninggal di Rumah Sakit Umum Umbu Rara Meha pada tanggal 19 Desember 2008.

Di Desa Oebelo dan Tanah Merah, Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang, terjadi kejadian luar biasa (KLB) diare sejak tanggal 22 Desember 2008. Kini telah terjadi peningkatan pasien dari 231 menjadi 246 orang. Korban meninggal tiga orang. Penambahan kasus ini karena warga trauma (Pos Kupang, 3/1/2009). (dea) 

Posted in Label: , , |

0 komentar: