Kadinkes TTU diduga sunat dana busung lapar

Kefamenanu, PK -- Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), dr. MS, M.M, diduga kuat menyunat dana busung lapar dan gizi buruk hingga ratusan juta rupiah. Caranya, MS memotong biaya transportasi, operasional posyandu dan dana penunjang serta biaya pembelian bahan makanan tambahan. Khusus pengadaan beras, dr. MS membeli beras kualitas buruk. Ia bahkan mengusir Kasie Gizi Dinkes TTU, Ny. Lin Fernandez, dari ruang kerjanya, dua pekan lalu, karena memrotes mutu beras busung lapar yang jelek tersebut.
Terkait kasus pengusiran dirinya oleh MS, Kasie Gizi di Dinkes TTU, Ny. Lin Fernandez, telah melapornya ke Bupati TTU, Drs. Gabriel Manek, M.Si. Sementara itu, Jumat (23/9) lalu, Ketua DPRD TTU, Agus Talan, S.Sos, telah memerintahkan Ketua Komisi D, Hironimus Banafanu, S.IP, agar memanggil dr. MS menghadap Dewan dan memberikan keterangan dan klarifikasi atas kasus itu.
"Saya akui telah mengusir Ny. Lin Fernandez dari ruang kerja karena ia memrotes mutu beras busung lapar itu. Dia bilang beras itu tidak layak dikonsumsi. Indikatornya apa? Jangan bilang begitu. Saya tersinggung sekali," jelas dr. MS, ketika dikonfirmasi di ruang kerjanya, Senin (26/9) siang.
Saat dikonfirmasi Pos Kupang dan Timor Ekspress, Senin (26/9) siang, dr. MS nampak menahan emosi. Ia belum bersedia memberikan data yang diminta wartawan tentang berapa nilai bantuan pemerintah untuk penanganan kasus busung lapar dan gizi buruk di Kabupaten TTU. Begitu juga dengan data kepada wartawan tentang item bahan makanan tambahan apa saja yang telah dibeli, berapa banyak beras yang telah didroping ke 15 puskesmas dan 315 posyandu yang ada di TTU, biaya transportasi, dana operasional posyandu dan dana penunjang.
"Aduh, tolong dua hari lagi baru datang ketemu saya. Soalnya saya mesti koordinasikan dengan staf dulu," kata dr. MS. Namun sumber Pos Kupang di Kantor Dinkes TTU menyerahkan data-data yang dibutuhkan itu. Dalam data itu tercantum biaya pemberian makanan tambahan (PMT) bagi 1.332 anak penderita gizi buruk yang tersebar di 15 puskesmas sebesar Rp 158.241. 600,00. Sedangkan PMT untuk 6.203 anak penderita gizi kurang, dianggarkan Rp 368.458.200,00. "Sementara untuk dana operasional 315 posyandu, dianggarkan dana Rp 71.800.000,00," jelas sumber ini seraya menyerahkan fotokopi dokumen setebal 13 halaman itu.
Untuk dana penunjang penanganan gizi buruk, dianggarkan sebesar Rp 63.616.320,00, dana penunjang penanganan gizi kurang sebesar Rp 148.127.640,00. "Jadi total dana untuk PMT, operasional posyandu dan dana penunjang sebesar Rp 810.243. 760,00," jelas sumber ini. Selain itu, masih ada dana untuk pembelian susu sebanyak 4.521 kilogram yang menelan dana sebesar Rp 228.310.500,00.
Berikutnya, demikian sumber, pembelian beras tahap pertama sebanyak 13.560 kilogram senilai Rp 54.242.000,00, gula pasir 5.651,45 kilogram senilai Rp 36.770.800,00, minyak goreng 1.360,5 liter senilai Rp 15.823. 500,00. "Untuk pembelian beras, gula pasir dan minyak goreng, Pak dr. MS proyekkan dengan cara penunjukan langsung (PL) kepada anggota keluarganya, yaitu Toko S, Toko KB, dan toko UD A," jelas sumber ini.
Selain itu, untuk pembelian beras, dalam daftar pembelian tercantum beras dibeli dengan harga Rp 4.000,00/kilogram. "Kalau beras membramo atau beras lonceng, harga ini pantas. Tapi ternyata beras yang ada mutunya jelek. Mungkin harganya sekitar Rp 2.500,00/kg. Bagaimana gizi bisa diperbaiki kalau mutu makanan sangat jelek?" papar sumber ini.
"Akibat diprotes Kasie Gizi, Ny. Lin Fernandez terkait mutu beras yang jelek, dr. MS mengusir Ny. Lin Fernandez keluar dari ruangannya," tambah sumber ini.
Sumber ini juga memaparkan dr. MS diduga juga menyunat uang transpor petugas dari Kota Kefamennu ke puskesmas tujuan, dari puskesmas ke posyandu tujuan. "Selain itu uang transpor kader dan bidan desa dipotong tanpa pemberitahuan terlebih dahulu," jelas sumber. Ia meminta agar lembaga penyidik PNS dan Banwas Kabupaten TTU melakukan pemeriksaan terhadap kasus ini. (ade)
MS: "Kerja harus ada untung"
KADINKES TTU, dr. MS, yang dikonfirmasi Pos Kupang dan Timor Ekspress di ruang kerjanya, Senin (26/9) siang, mengakui telah mendengar ‘bisik-bisik’ tentang dugaan bahwa dirinya menyunat dana penanganan busung lapar. "Saya sudah dengar itu. Apalagi setelah saya mengusir Kasie Gizi, Ny. Lin Fernandez dari ruang kerja tempo hari. Saya usir dia karena sepertinya dia itu yang kadis kesehatan lalu mengatur-ngatur saya. Itu kurang ajar namanya," ujar dr. MS dengan nada marah.
Sebenarnya, kata dr. MS, tidak ada rekanan yang mau mengerjakan proyek penanganan busung lapar dan gizi buruk karena tidak ada untung sedikit pun. "Semua menolak ketika saya tawarkan pekerjaan ini. Alasan mereka, untungnya terlalu sedikit, bahkan tidak ada untung sama sekali. Untungnya cuma capek saja. Dan di seluruh NTT, cuma TTU saja yang sudah mulai kerja proyek ini. Tempat lain belum, karena kendala soal profitnya apa, gitu," jelas dr. MS.
Agar rekanan mau kerja proyek ini, demikian dr. MS, ia terpaksa melakukan beberapa ‘kebijakan’ agar rekanan yang bekerja bisa mendapat untung. "Orang kerja musti ada untung. Saya kepala sakit karena dana yang diplot dari Dinkes NTT terlalu kecil. Rekanan bekerja dengan bersungut-sungut. Saya pusing. Kalau ikut emosi, uang itu saya kembalikan saja ke Dinkes NTT. Daripada saya yang kena getah," tukasnya.
Lalu soal beras yang mutunya jelek? "Siapa bilang beras itu mutunya jelek? Dasarnya apa? Sekarang orang lapar dan butuh makan. Kita jangan bertengkar soal mutu. Sekarang lihat ke lapangan, ada orang lapar di sana. Itu masalah yang harus diselesaikan," jelas dr. MS sambil berjalan mondar-mandir dalam ruang kerjanya. (ade)
Sumber: Pos Kupang (http://www.indomedia.com/poskup) BERITA UTAMA - Rabu, 28 Sep 2005

Posted in Label: |

0 komentar: