Melihat Inisiasi Menyusui Dini di Sikka (3)


Oleh Ferry Ndoen

KOLOSTRUM, sebuah istilah yang sangat akrab di telinga perawat, bidan dan dokter. Namun istilah kolostrum ini sendiri banyak yang belum dimengerti/dipahami arti sesungguhnya oleh kaum ibu, khususnya ibu hamil, ibu partus dan ibu menyusui. 
Ibu menyusui biasanya memberikan air susu ibu (ASI) kepada bayinya secara alamiah (kodrati) tanpa mengetahui tentang manfaat yang tinggi dari zat yang terdapat dalam ASI tersebut bagi bayinya.

ASI itu sendiri adalah suatu cairan yang dihasilkan oleh kelenjar susu seorang ibu dalam masa kehamilan dan langsung dikeluarkan sejak bayi dilahirkan. ASI Yang dikeluarkan pada hari pertama setelah bayi dilahirkan disebut air susu awal (kolostrum) yang berwarna kekuning-kuningan dan agak kental. 

Zat ini merupakan makanan bayi yang sangat baik karena mengandung zat gizi yang tinggi, zat kekebalan untuk melawan penyakit infeksi. Namun kolostrum ini belum banyak diketahui manfaatnya oleh para ibu menyusui.

Manfaat dan keuntungan ASI untuk bayi, selain memenuhi semua kebutuhan gizi, juga mudah dicerna dan tidak menyebabkan konstipasi. Juga memberikan perlindungan untuk melawan diare serta memberi antibodi terhadap penyakit.Pemberian ASI juga membantu penyembuhan penyakit yang diderita bayi serta mempercepat perbaikan saluran pencernaan setelah diare.

Karena itu, sudah saatnya istilah yang sederhana yang terkandung dalam ASI ini disosialisasikan secara baik kepada masyarakat di NTT , khususnya para ibu menyusui yang umumnya masih awam, sehingga mereka benar-benar memberikan ASI secara tepat dan benar kepada bayinya.
Program model Inisiasi Menyusui Dini (IMD) yang dalam dua tahun terakhir (2007-2008) gencar dilaksanakan oleh Unicef bersama pemerintah di dua kabupaten di Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), yakni di Kabupaten Sikka dan Belu, mestinya bisa direspons dan diadopsi oleh pemerintah kabupaten/kota lainnya di NTT. 

Inovasi model program IMD seperti ini harus bisa ditangkap para stakeholder (penentu kebijakan) lingkup pemerintahan (eksekutif dan legislatif), dan bukan cuma pada dua kabupaten yang saat ini gencar melaksanakan program model IMD. Diharapkan program ini bisa ditangkap dan dilaksanakan di semua wilayah di NTT, khususnya memberikan pemahaman tentang IMD bagi ibu hamil, partus dan ibu menyusui.

Mengapa program IMD yang didorong pihak Unicef ini perlu dilaksanakan secara merata di 20 kabupaten/kota di NTT? Karena dengan melaksanakan/menerapkan program IMD secara menyeluruh di NTT, maka tanpa sadar pemerintah di propinsi kepulauan ini sedang melakukan investasi masa depan/IMD yang baik untuk menciptakan generasi yang sehat, cerdas dan berkualitas sebagai generasi penerus pewaris bangsa. 

Memang apa yang dilakukan melalui program IMD, jika dilihat sepintas, sepertinya sepele dan remeh-temeh. Kita bisa mengambil contoh sederhana program cuci tangan sebelum makan yang dicanangkan pemerintah secara nasional.
Sebenarnya pesan yang ingin disampaikan dari IMD dan pemberian ASI eksklusif kepada bayi berusia 0-6 bulan dan dilanjutkan dengan pemberian ASI hingga bayi berusia minimal 24 bulan sangat penting, dan pesan ini perlu digalakkan.  Dan yang paling berperan untuk menyampaikan pesan ini  kepada ibu menyusui, yakni perawat, bidan serta dokter (tenaga kesehatan) karena mereka inilah yang setiap waktu berada di fasilitas kesehatan untuk melayani masyarakat.

Kepala Sub Dinas (Kasubdin) Kesejahteraan Keluarga , Cornelia Mude, yang diwawancarai Pos Kupang di Kantor Dinas Kesehatan Sikka, Selasa (26/11/2008), mengatakan, di Sikka terdapat 262 orang bidan yang bertugas di 160 desa, pada 17 puskesmas, puskesmas pembantu dan pondok bersalin desa (polindes). 

Dari jumlah tenaga kesehatan yang ada ini, sebagian sudah mengikuti pelatihan sebagai konselor ibu menyusui yang dilaksanakan pemerintah, selain Unicef. Beberapa diantaranya bahkan telah dilatih sebagai pelatih konselor ibu menyusui.
"Pemkab Sikka mendukung program IMD. Dukungan ini juga tertuang dalam mata anggaran APBD. Kita berharap ke depan secara bertahap semua tenaga kesehatan, bukan hanya bidan, termasuk perawat, bisa mengikuti pelatihan konselor ibu menyusui," kata Mude.

Plt. Kepala Dinas (Kadis) Kesehatan Kabupaten Sikka, Thomas Ola, yang ditemui terpisah mengakui program IMD yang dilaksanakan di Sikka merupakan salah satu program prioritas untuk mendukung indeks pembangunan manusia. 

Salah satunya melalui pemberian ASI eksklusif kepada bayi 0-6 bulan karena aspek ini terkait erat dengan Panca Program Pemkab Sikka yang dicanangkan Bupati Sikka, Drs. Sosimus Mitang dan Wabup, dr. Wera Damianus, M. M.

Kita semua berharap, dengan diluncurkannya program model IMD di Kabupaten Sikka dan Belu ini, pemerintah kabupaten/kota lainnya juga bisa meniru dan menerapkan program ini di wilayahnya masing-masing, yang nantinya bisa tergambar dalam APBD setiap daerah.

Kepala Kantor Unicef Perwakilan NTT, Dr. Virginia Kadarsan, yang diwawancarai Pos Kupang di ruang kerjanya, mengakui Unicef melihat tugas pokok dan fungsi (tupoksi) bidan sangat strategis sehingga harus disiapkan dan dioptimalkan melalui pelatihan sebagai seorang konselor ibu menyusui karena para tenaga kesehatan inilah yang selalu melayani ibu hamil, ibu partus dan ibu menyusui.

"Pemberian ASI eksklusif kepada bayi sebagai sebuah fondasi. Ini merupakan sebuah investasi dini saat bayi masih berusia 0-6 bulan dilanjutkan sampai usia 2 tahun," tambahnya. Program model IMD ini telah digulirkan di dua kabupaten di  NTT. Kita berharap kabupaten/kota lainnya bisa menerapkan program ini di daerahnya masing-masing karena apa yang di laksanakan saat ini tidak akan dituai sekarang ini, namun akan terlihat pada lima, sepuluh bahkan puluhan tahun yang akan datang, dengan melihat generasi kita yang cerdas, sehat dan berkualitas. (habis)

Posted in Label: , |

0 komentar: