Melihat Inisiasi Menyusui Dini di Sikka (2)


Oleh Ferry Ndoen

KEBANYAKAN masyarakat kita tidak pernah menduga jika bayinya terkena gizi buruk karena ada hubungan sebab akibat dengan perilaku menyusui. 

Pasalnya, seorang bayi bisa terkena gizi buruk juga karena ibunya tidak memberikan ASI eksklusif secara baik dan benar. Atau boleh jadi bayi tersebut diberikan ASI oleh ibunya, namun tidak secara sempurna sehingga bayinya tumbuh kembang dengan tidak sempurna lalu terkena gizi buruk. Padahal, ASI merupakan intervensi dan investasi yang paling murah dan paling efektif untuk mengatasi masalah gizi buruk pada bayi.

Masalah gizi buruk yang dialami bayi (balita) sering menjadi sorotan. Namun kita tidak pernah memperhatikan bahwa potensi ASI sebenarnya bisa mencegah kekurangan gizi atau mencegah gizi buruk yang dialami bayi secara dini. ASI juga dapat melindungi bayi dari kekurangan gizi, dan dapat mencegah penyakit infeksi lewat pemberian ASI eksklusif selama 0 - 6 bulan pertama lalu dilanjutkan dengan pemberian makanan pendamping MP ASI tanpa harus menghentikan pemberian ASI sampai bayi berusia 2 tahun lebih.

Sebenarnya pemberian ASI eksklusif kepada bayi sama atau identik dengan investasi masa depan (IMD). Pasalnya, bayi secara dini telah diberi asupan makan/minuman bergizi yang tak tertandingi nilainya dari ASI ibunya sehingga tumbuh kembang bayi akan jauh lebih baik. Selain itu, daya tahan/imun tubuh bayi akan jauh lebih baik. 

Namun program yang saat ini dilakukan pemerintah pada umumnya sering terlambat karena pemerintah melakukan investasi serta intervensi program saat bayi sudah terkena gizi buruk baru diambil tindakan/langkah penyelamatan (tindakan darurat berupa pemberian makanan tambahan/PMT bergizi oleh instansi teknis.

Jika investasi ini yang dipilih pemerintah, maka berapa pun nilai dana/uang yang dikucurkan, hasilnya tidak akan siginifikan. Karena program ini sama dengan pogram 'pemadam kebakaran' dimana bayi dan anak balita sudah terkena gizi buruk baru dilakukan intervensi melalui program yang menyedot dana hingga miliaran rupiah.

Seharusnya, saat ibu hamil hingga partus, khususnya saat bayi 0- 6 bulan pertama, pemerintah melalui petugas medis yang ada di fasilitas kesehatan (polindes, pustu, puskesmas, RSU) melakukan investasi berupa IMD kepada ibu-ibu menyusui sehingga ibu-ibu menyusui lebih tekun/serius memberikan ASI secara tepat waktu, dan konsisten kepada bayinya. 

Hal ini dimaksudkan agar bayi bisa mendapatkan jatah kandungan makanan bergizi melalui ASI yang dibutuh tubuhnya karena nilai ASI tidak bisa digantikan dalam bentuk pemberian makanan/susu formula, serta tidak bisa digantikan dengan makanan bervitamin jenis apa pun. 

Mestinya, nilai tumbuh kembang bayi sejak 0-6 bulan pertama berlanjut hingga 2 tahun inilah yang mesti mendapat porsi perhatian lebih dari pemerintah, termasuk wajib memberikan ASI eksklusif kepada bayi tanpa harus memberikan makanan/minuman tambahan, termasuk air putih sekalipun. Hal ini karena nilai kandungan gizi sudah tercakup dalam ASI ibunya.

Data yang ada di Bagian Gizi Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sikka menerangkan bahwa dari 28.000 balita yang ditimbang di fasilitas kesehatan yang ada di Sikka (polindes, pustu, puskesmas) sampai dengan bulan Agustus tahun 2008 tercatat 1,3 persen diantaranya mengalami gizi buruk atau sekitar 400 balita di Sikka mengalami gizi buruk. 

Karena itu, pemberian ASI eksklusif kepada bayi menjadi sangat penting untuk disosialisasikan kepada ibu hamil, ibu partus dan ibu menyusui di pedesaan atau saat mereka datang memeriksakan dirinya ke fasilitas kesehatan yang tersedia.

Mengapa hal ini begitu penting, karena kebiasaan ibu-ibu menyusui yang tinggal/domisili di dusun/kampung/desa, lebih fokus masuk kebun/ladang untuk mengurus kebunnya ketimbang memperhatikan pemberian ASI secara baik kepada bayinya. Kondisi ini menyebabkan bayinya kurang mendapat perhatian dalam pemberian ASI secara benar dan tepat waktu. 
Bahkan di Kabupaten Sikka, ada ibu menyusui yang masih tega memberikan air gula, bahkan bubur kepada bayi yang masih berusia di bawah enam bulan dengan alasan harus bekerja (masuk) menyiangi kebun yang menjadi sandaran hidup ekonomi keluarga. Atau, dengan alasan untuk membantu suami mencari nafkah, dan sebagianya. Bahkan, masih menjadi tradisi sebagian warga di Sikka jika bayi lahir diberikan pisang yang diulik halus. Hal ini sangat tidak dibenarkan. 

Bahkan, di wilayah perkotaan, ibu-ibu menyusui memilih memberikan bayinya susu formula sebagai pengganti ASI manakala ia harus kembali bekerja setelah masa cuti (izin melahirkan) telah berakhir/selesai termasuk ketika sang ibu sakit. 

Sementara ada begitu banyak cara yang bisa dilakukan ibu menyusui untuk tetap memberikan ASI kepada bayinya tanpa harus membeli susu formula. 

Cara yang bisa dilakukan, yakni dengan memeras ASI ke dalam tempat/wadah yang bersih, dan ASI itu bisa disimpan dalam wadah tertutup selama 8-10 jam pada suhu ruangan atau 72 jam dalam kulkas. Lalu, ketika bayi membutuhkan ASI, maka bisa diberikan dengan memberikan ASI perahan yang ada di gelas/cangkir dengan sendok.

Ibu Maria Rosa Misle (31), ibu menyusui warga Desa Magepanda, Kecamatan Magepanda, Sikka, diwawancarai, Rabu (26/11/2008) di kediamannya mengakui ia melahirkan Charles da Cruz, anak ketiganya dengan berat 4,7 kg. Saat ini bayinya telah berusia 4 bulan dengan berat 8,7 kg. 

"Saya hamil suka cari kerang di laut untuk dimasak, dan saya suka makan kerang. Saat hamil ia juga rajin periksa ke Puskesmas Magepanda. Saat lahr, saya juga rajin membawa bayi untuk ditimbang dan periksa di posyandu. Saya melahirkan dibantu bidan Rini serta mendapat konseling tentang ibu menyusui," kata Maria.

Menurut pemantauan Pos Kupang, bayi Charles terlihat ceria dan lincah. Walau baru berusia 4 bulan, bayi ini sangat kuat cengkramannya dan tidak rewel. "Anak saya tidak pernah sakit termasuk batuk pilek sekalipun. Saya memberikannya ASI eksklusif sampai saat ini dan akan saya lanjutkan sampai bayi ini berusia 2 tahun nanti," kata Maria. (bersambung)

Posted in Label: , |

1 komentar:

  1. Anonim Says:

    dari yang saya dengar, di ntt banyak kasus yang dimana perempuan saat lahir didiskriminasikan oleh keluarganya, n ini memang kepercayaan mereka n adat mereka, mereka bekerja pun banyak yg disuruh oleh pihak laki2. sebenarnya hal yang paling bisa membantu adalah dukungan dr keluarga u mendapatkan gizi yang baik n tidak ada nya diskriminasi