Lebu Raya: Jangan Bosan Tanam Jagung

KUPANG, PK -- Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT), Drs. Frans Lebu Raya, mengajak para petani di daerah ini tidak bosan-bosan menanam jagung. Pasalnya, hasil yang dicapai tidak semata untuk konsumsi keluarga, tetapi juga untuk kebutuhan industri dan pakan ternak.

"Jika jagung tidak berbuah, batang dan daunnya bisa dimanfaatkan petani untuk pakan ternak. Karena itu, jangan pernah merasa bosan untuk tanam jagung," kata Gubernur Lebu Raya di Kupang, Minggu (1/3/2009). 

Dikatakannya, saat ini sudah muncul istilah "tanam jagung panen sapi". Istilah tersebut, jelasnya, mencerminkan bahwa manfaat dari menanam jagung tidak hanya untuk konsumsi keluarga dan kebutuhan industri, tetapi juga untuk pakan ternak jika jagung tidak menghasilkan buah berlimpah.

Setelah mengunjungi sejumlah daerah pertanian di daratan Pulau Flores, Lembata dan Timor, Gubernur NTT optimis bahwa program "jagungisasi" yang dicanangkan akan memberi manfaat bagi para petani, karena hasilnya sangat menggembirakan.

Di Desa Nule, Kecamatan Amanuban Barat, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), misalnya, tanaman jagung yang sebelumnya hanya memproduksi 2 ton per hektare, kini telah meningkat menjadi 6,5 ton/hektare.

"Ini sebuah perubahan peningkatan produksi yang cukup signifikan. Karena itu, saya optimistis dengan pengembangan tanaman jagung di NTT. Saya memiliki sebuah obsesi untuk menjadikan NTT sebagai lumbung jagung di Indonesia," katanya.

Gubernur Lebu Raya mengakui bahwa para petani tetap merasa cemas karena khawatir produksi jagung yang diolah, tidak dipasarkan.

"Memang masih banyak petani yang merasa cemas setelah panen raya. Tetapi saya tegaskan bahwa banyak pengusaha yang menanti produksi jagung dari NTT. Karena itu, para petani tidak perlu jemu dan bosan menanam jagung," tandasnya. (ant)

Belum Paham Mekanisme Pasar

KEPALA Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura NTT, Ir. Piet Muga mengatakan, kecemasan yang dihadapi para petani saat ini cukup beralasan. Pasalnya, para petani itu belum paham soal mekanisme pasar.

"Produksi jagung tersebut tidak semata-mata untuk konsumsi keluarga, tetapi juga untuk pakan ternak. Jagung juga bisa diolah menjadi emping dan dijual kepada pengusaha jagung. Mekanisme ini tampaknya belum diketahui oleh para petani, sehingga mereka selalu dihantui rasa cemas," ujarnya.

Menurut perkiraannya, produksi jagung di NTT tahun ini mengalami surplus sekitar 600 ton lebih dari total produksi normal sekitar 510 ribu ton per tahun.

"Meski indeks produksinya cukup menggembirakan, namun saya agak pesimis soal turunnya harga jagung di pasaran, yang saat ini mencapai Rp 2.000,00/kg. Jika masa panen nanti, diperkirakan April dan Mei 2009 nanti, harga jagung diperkirakan turun. Ini hukum ekonomi pasar yang tidak bisa dihindari," ujarnya.

Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah NTT, Paulus R Todung, yang dikonfirmasi secara terpisah, mengatakan, pihaknya sudah melakukan koordinasi dengan sejumlah koperasi di daerah ini untuk membeli jagung dari para petani.

"Saya akan usulkan kepada gubernur agar dapat mengalokasikan dana membeli jagung dari para petani saat masa panen nanti. Ini memang sulit, tetapi kami akan coba untuk melakukannya, agar petani senantiasa termotivasi untuk terus mengembangkan jagung," ujarnya. (ant)

Posted in Label: , , |

0 komentar: